Monday 8 October 2012

Pesta, Batal

"Ayo! Cepat!" sahut Andra.

Dia melangkah di paling depan dari barisan. Gula di tangannya sama sekali bukan masalah bagi ketua kelompok kami itu. Dia kuat, tanggung jawab, dan selalu dapat diandalkan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Langkahnya begitu tegap, matanya terpaku pada jalan menuju kampung kami, dimana kawan-kawan yang lain sedang menunggu sambil mempersiapkan segala sesuatu untuk pesta malam ini.

Aku hanya bisa menarik kaki-kakiku yang sudah lemas. Sejak tadi pagi, setelah diumumkan bahwa akan diadakan pesta, aku sudah sibuk bukan main. Disuruh mempersiapkan minuman yang cukup untuk seisi kampung. Dapatkah kau bayangkan betapa susahnya melakukan hal itu? Aku berlari-lari ke sana-sini, melihat apakah ada minuman yang dapat kubawa. Ya, hanya aku sendiri! Aku tidak mengerti mengapa tidak ada yang datang membantuku.

Yang lebih tidak dapat kumengerti adalah pesta ini diadakan karena Sang Ratu ingin mengadakan sebuah pesta. Demikian saja! Tanpa tujuan yang jelas! Tentu saja dia dapat dengan seenaknya mengadakan pesta. Yang bekerja bukan dia, yang sibuk bukan dia, yang lelah bukan dia. Dia hanya memerintah, tanpa memberikan kontribusi apapun.

Ah, alangkah baiknya kalau pesta ini dibatalkan saja. Aku bisa istirahat secukupnya. Tetapi, kenyataannya aku masih harus menarik kaki yang kasihan ini kembali ke kampung. Sudahlah, pintu masuk sudah di depan mata. Andra sudah bahkan sudah hilang dari pandanganku.

"Hati-hati!" Terdengar sebuah suara dari belakangku. Aku menoleh dan melihat sebuah ombak besar sedang menuju ke arah kami. Aku segera berlari menyelamatkan diri. Jangan. Jangan! Aku tidak mau mati!

*

"Rendi, apa yang sedang kau lakukan?"

"Nggak, Ma. Ini banyak betul semut di dekat sini. Perasaan Rendi nggak enak. Geli. Jadi, Rendi siram saja dengan air panas ini," jawab bocah itu dengan santai sambil menunjuk termos kecil di tangannya.

No comments:

Post a Comment

Thank you for reading! Feel free to comment. :)