Monday 14 January 2013

Kenalan Yuk!


Rabu / 25 Januari 2012 / 14:13

Aku mendorong pintu kaca kafe dengan dua tangan sambil mengulum senyuman secerah cuaca hari ini. Lantai pertama kafe sudah hampir penuh. Beberapa pengunjung terlihat menaiki tangga menuju lantai dua. Aku segera berlari kecil menuju belakang meja kasir yang panjang sambil membungkuk kecil pada manajer kafe yang melihatku dengan tangan terlipat di depan dada. Mia, teman kerjaku, tersenyum-senyum saat aku memasuki ruangan staf dan membuka lokerku.

"Telat lagi?" ledeknya sambil melangkah keluar ruangan.

Aku hanya mencibir sambil melempar tas dan jaket ke dalam loker.

"Hana!" Terdengar sahutan dari arah pintu yang terbuka. "Cepat keluar!"

"Ya!" Aku mengangguk dan manajerku menghilang di balik pintu yang ditutup.

Setelah merapikan rambut dan seragamku, aku keluar dan langsung mendapat tugas untuk mengantar pesanan kepada tamu di lantai dua. Sambil berjalan, mataku melihat ke sekeliling kafe. Seharusnya ia sudah datang. Ia selalu datang pada jam segitu setiap hari Senin, Rabu, dan Sabtu.

Ah! Itu dia! Ia duduk di kursi yang paling dekat dengan tangga. Tampaknya ia sedang sibuk dengan sesuatu di iPad-nya. Ia mengerutkan kening sesaat, lalu tersenyum, lalu mengerutkan keningnya lagi. Apa yang sedang dikerjakannya?

Tepat saat kakiku akan menginjak anak tangga, ia mengangkat kepalanya dan melihat tepat ke arahku. Aku lantas mengalihkan tatapanku pada pot bunga di samping tangga. Semoga ia tidak sadar bahwa aku melihatnya sejak tadi. Sejenak kemudian, aku melirik ke arahnya. Ya ampun, ia masih melihat padaku? Kali ini ia tersenyum. Ah, senyumannya begitu menawan.

“Hana.” Aku merasakan sesuatu mendarat di pundakku. Kuputar kepala dengan lamban dan pandanganku bertemu dengan sorotan mata mematikan dari manajerku.

Aku tersenyum canggung lalu buru-buru mengantar pesanan di tangan ke lantai dua. Saat aku menginjakkan kaki di lantai satu dan berjalan menuju meja kasir, laki-laki itu masih memfokuskan perhatiannya pada iPad. Raut wajahnya yang fokus benar-benar memikat. Mungkin benar kata orang, laki-laki yang sedang serius paling ganteng.

"Kau mau melihatnya seperti ini sampai kapan? Kalau suka, kenalan saja," ujar manajerku. "Sejak hari pertama ia ke sini kau terus melihat ke arahnya. Kalau sampai merugikan kafe, aku nggak segan-segan memotong gajimu."

Aku hanya bisa tersenyum kaku. Manajer yang galak ini sebenarnya perhatian dengan karyawannya, hanya saja cara penyampaiannya agak lain. Tetapi menyuruhku untuk berbicara dengannya dulu? Nggak mungkin bisa. Saat pandangan kami bertemu saja jantungku hampir meledak.


"Dia datang!” ujar Mia sambil mencondongkan dagunya.


Detak jantungku kacau begitu aku menoleh. Laki-laki itu sedang tersenyum dan berjalan ke arahku!

"Bisa pinjam pena dan kertas?" tanyanya. Nada bicaranya dan senyumannya yang ramah membuatku mematung di tempat hingga Mia menggoyang lenganku.

Aku mengangguk dan buru-buru mengeluarkan kertas dan pena dari dalam laci. Butuh sedikit perjuangan untuk mengambil barang-barang itu dengan debaran jantung yang tidak keruan ini. Mia dan laki-laki itu bahkan terkekeh-kekeh melihatku mencari pena yang berada tepat di samping tanganku.

"Terima kasih." Ia tersenyum lalu mulai menulis.

Ah, aku terlihat seperti orang bodoh. Pengin sekali rasanya menggali lubang dan membenamkan kepalaku di dalamnya.

"Terima kasih," ujarnya lagi. Ia mengoyak kertas tadi dan menyimpan satu potongan kertas itu ke dalam saku celana jeans-nya. "Ini," ujarnya sambil mendorong kertas yang tersisa dan pena ke arahku, tersenyum lagi, lalu meninggalkan kafe.

Entah berapa lama aku mematung melihat punggungnya yang kian menjauh hingga aku merasakan bahuku digoyang-goyang. Aku menoleh. Mia sedang menunjuk pada kertas di tanganku sambil tersenyum-senyum. Dengan dahi berkerut, aku melihat kertas itu. Suhu tubuhku meninggi seketika saat membaca tulisan di atas kertas.


Kepada gadis yang sejak kemarin melihatku terus,
Namaku Samuel. Boleh kenalan ? ^^
  
=============
Post #1 of #13HariNgeblogFF
by @lidya_yang