Wednesday 24 July 2013

Quote of the Day ~ 130724

Not everyone 
thinks the way you think, 
knows the things you know, 
believes the things you believe, 
nor acts the way you would act. 
Remember this 
and you will go a long way 
in getting along with people.

 Arthur Forman

=============
#LCYSelfNote

Tuesday 23 July 2013

Quote of The Day ~ 130723

Right is right even if no one is doing it; 
wrong is wrong even if everyone is doing it.

 Augustine of Hippo

=============
#LCYSelfNote

Friday 19 July 2013

Book Review - Paris by Prisca Primasari

      





Buku pertama mbak Prisca Primasari yang saya baca (dan beli). Beli buku ini sebenarnya setelah banyak pertimbangan, berhubung belakangan banyak buku yang saya ingin beli, jadi buku ini sudah ditunda dari berminggu-minggu yang lalu dan akhirnya saya beli waktu terakhir kali ke gramed, aka Sabtu kemarin. Dan hanya satu hal yang membuat saya menyesal: why didn't I buy this book earlier?!

Kesimpulannya dulu: I love this book.

Novel ini ditulis dalam bentuk diary Aline, mahasiswi S2 di Paris, yang dalam hari-hari penuh kekesalannya bertemu dengan seorang pemuda penuh teka-teki: Aeolus Sena. Lalu, petualangan-petualangan mereka, dan perubahan dalam diri mereka.

Percakapan Aline dan Sena benar-benar enjoyable. Saya berhasil dibuat tersenyum dan tertawa oleh mereka. Another enjoyable thing is: Aline's monologue. Yep, beberapa (sebagian besar) dari monolog Aline membuat saya ikut mengangguk-angguk setuju, tersenyum, etc. Those are some of my enjoyable moments reading this. Plus, waktu Kak Abel bertemu dengan Sena, terharu. Sangat. Hampir saja keluar air mata. Hampir.

Konfliknya, I like. Menurut saya, pas. Although saya rasa kejadian seperti yang dialami Sena agak jarang ditemukan, but I know itu tidak berarti tidak terjadi. But itu tidak masalah, I still like how the puzzle pieces're put together.

Kalau sisi karakternya, ini salah satu novel yang saya punya banyak karakter favorit. And, as expected, my top ones aren't really the main leads. Saya suka Monsieur Olivier, meski bagiannya tidak banyak. But laki-laki tinggi, tampan, suka baca buku, sayang sama istri, bisa beberapa bahasa, punya pengetahuan luas tentang sastra; totally my type. Ok, lupakan alasannya. And, second favourite: Kak Abel. Kakak yang baik tapi bisa menjadi galak kalau kesal, bisa ancam adiknya; pengen punya kakak seperti ini. Lalu, suka sama Sena yang asal-asalan, Kak Ezra yang diam-diam menjaga (apalagi waktu dia ikut Aline, pakai-pakai alasan ada urusan di dekat sana).
Lalu, baru Aline. Sama Aline, saya punya love-hate relationship sepertinya. Suka monolognya, suka cara pikirnya (kadang), tapi ada beberapa saat yang saya kesal banget sama gadis satu ini, seperti waktu di rumah Poussin: mengapa tidak memberontak, cari jalan keluar, pakai berbagai macam alasan untuk berusaha bertemu dengan Sena; toh udah ada di dalam rumah itu, kan? But I think, inilah amazing-nya mbak Prisca. I read somewhere, about how a character in a novel, should give you a love-hate feeling, just like a real-life person. Ada sisi yang kamu suka, ada juga yang membuat kamu kesal dan pengin marah-marah ke dia. So, thumbs up!

Oh, ya! Saya juga suka lokasi-lokasi Paris yang dipilih untuk dituliskan. Different, very very different. Mungkin yang mau disampaikan dari novel ini: "di sini tidak semenyenangkan yang dikira orang-orang," yang disampaikan melalui Monsieur Olivier.

Lalu, poin plus-plus buat novel ini: ilustrasi di dalamnya yang nice, judul salah satu bab yang merupakan judul lagu pianis favoritku, cover cantik (I like it very much), dan postcard yang diselip di balik cover (kartu pos itu yang sempat dilihat Sena di dekat Shakespeare & Co, kan, mbak Prisca?)

Tapi, ya, kesalahan-kesalahan kecil seperti "di sini" yang dicetak "disini", dialog tanpa tanda petik (sempat buat bingung sebentar, sih. Tapi nggak masalah.), dan beberapa bagian seperti waktu Sena dan Kak Ezra yang lagi ngobrol, lalu Kak Ezra berdiri, saya sempat bingung soalnya nggak ditulis kalau mereka itu tadinya lagi duduk, dan si Sena yang pergi duluan juga nggak ada berdiri-berdirinya; bagian-bagian yang seperti ini sempat buat bingung sedikit juga.

But overall, I love it. Plus minus, plus minus, saya putuskan 4.5 out of 5 stars. Ini juga buku pertama yang saya selesaikan dalam waktu sehari (walaupun sempat baca 14 halaman pertama beberapa hari yang lalu, tapi waktu pegang kedua kali, langsung baca sampai habis, dengan alasan 'nggak bisa lepas'.) selama demikian banyak bulan ini. So, terima kasih juga buat mbak Prisca yang sudah menulis buku yang begitu enjoyable bagi saya. I think I found my passion in reading again, thanks to this book.

So, 4.5 out of 5 stars.

Monday 15 July 2013

Book Review - Montase by Windry Ramadhina






Ok, my first time reviewing a novel. Dan saya dedikasikan buat Montase, novel yang berhasil membuat saya kembali senyum-senyum sendiri waktu membaca.

Jujur, belakangan, beberapa novel yang saya baca, saya cenderung lompat-lompat bacanya. 20 halaman pertama, lalu dua halaman di tengah, lalu lompat lagi, dan lompat lagi. I don't know why, but it became sort of like a habit. Mungkin karena terlalu ingin tahu akhirnya atau apa. But Montase ini beda.

Montase. Novel yang menceritakan kehidupan Rayyi, mahasiswa IKJ yang terjepit di antara mimpinya sendiri dan harapan ayahnya.

Penulisan Windry Ramadhina benar-benar berhasil membuat saya dengan sabar membalikkan halaman demi halaman. Suka. Banyak sekali adegan yang membuat saya tersenyum-senyum sendiri, ada juga yang sampai ketawaan. Bagian sedihnya, ya meski nggak sampai keluar air mata, tapi tetap terasa sakit hatinya.

Suka penulisannya. Suka perubahan sikap Rayyi terhadap Haru. Suka Rayyi yang tetap ingin mencapai impiannya meski nggak mudah. Suka sms yang dikirim Andre pada Rayyi yang menghilang tanpa berita. Ya, sebenarnya, karakter yang paling saya suka itu Andre mungkin ya.

Tapi, ada sih bagian-bagian yang buat saya agak mengerutkan kening waktu baca. Model-model kamera, istilah dalam sinematografi dan semacamnya itu yang bertaburan dalam novel nggak ada penjelasan tambahan. Waktu baca, beberapa kali aku bertanya "ini apa?". Dan juga, Haru yang sakit malah diperbolehkan orang tuanya untuk kuliah di luar negeri sendirian, ditambah lagi sepertinya dia nggak perlu check-up ya?

So, 4 out of 5 stars.

Thursday 11 July 2013

Sebuah Harapan

Angin semilir mengembus wajahku, menyisir rambutku yang berantakan. Aku duduk di atas tikar cokelat muda yang terbentang di atas lantai gazebo dari kayu yang tampak kokoh. Di hadapanku, lautan membentang luas. Airnya biru. Suara dari ombaknya begitu menenangkan. Ombak-ombak kecil ini menyapu pasir putih di pantai yang melengkung hingga ke ujung sana. Pohon-pohon kelapa berbaris rapi sepanjang pantai, tinggi, seolah-olah berusaha menggapai langit.

Aku mengangkat pandanganku, melihat imutnya awan-awan putih berbagai bentuk yang terus berusaha menghalangi cahaya mentari. Langit biru yang cerah bertemu dengan birunya laut di ujung sana. Tampak bayang-bayang gunung di kejauhan, di tengah-tengah sebuah pulau di seberang lautan.

Kedua ujung bibirku terangkat dengan sendirinya. Perasaan senang bercampur tenang seperti ini hampir tidak pernah kurasakan. Aku menutup mata, menikmati suara ombak yang memecah di pantai, suara daun yang bergerak-gerak dalam tiupan angin. Aku berusaha memutar ulang pemandangan tadi dalam benakku. Indahnya laut yang menyatu dengan langit. Putihnya pasir yang dibelai ombak dengan lembut.

Suara gorden dibuka membuyarkan semua gambaran tadi. Perlahan aku membuka mataku, dan terdengar langkah kaki ibuku yang mendekati tempat tidur.

"Sudah bangun?" tanya beliau.

Aku terdiam sesaat sebelum mengulum senyum sambil menceritakan mimpiku tadi.

"Begitu?" ujarnya. Tangan lembutnya menggenggam tanganku. "Operasi nanti akan berhasil, dan yang dapat kamu lihat akan lebih indah dari itu."

Aku dapat merasakan dirinya mendekat, lalu sebuah ciuman mendarat di keningku. Setelah wajahnya menjauh, aku tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban. Benar. Setelah operasi nanti, aku akan bebas dari kegelapan ini. Mimpi tadi bukan hanya mimpi, tidak lama lagi, ia akan menjadi sebuah kenyataan. Aku yakin itu.

=============
#Ngabubuwrite Sebuah Harapan
By:  Lidya_yang