Friday 6 April 2012

What If

What If
Singer: Super Junior
Song Interpreter / Story Writer : Lidya yang



“Rian!” panggilmu lagi. Hampir semua orang di sekitar kami menoleh padamu. Tetapi aku tidak.

Aku sudah memutuskan untuk menutup hatiku darimu. Aku harus dapat meninggalkan perasaan ini. Aku tidak ingin terkurung lagi. Terkurung oleh senyuman manismu, yang diberikan kepadaku,  seseorang yang bergelar teman. Terkurung oleh suaramu, yang membuat jantungku berdegup lebih keras setiap kali kamu memanggil namaku. Terkurung oleh perhatianmu, yang dengan mudah akan memecahkan konsentrasiku pada apapun.

“Rian!”

Suaramu terdengar lagi, di antara hiruk pikuk di sekeliling kami. Suara dedaunan terdengar seperti sorakan dalam hembusan angin. Sorakan yang mengejekku yang terus berjalan tanpa menghiraukanmu. Yang bisa aku lakukan sekarang hanya berjalan terus, pura-pura tidak mendengar panggilan yang betapa ingin kujawab itu.

“Rian!”

Untuk kesekian kalinya kamu memanggil lagi. Tidak boleh. Pikiranku dengan cepat menentang perasaanku yang mulai membangkang.

Perasaanku memulai perdebatannya. Bagaimana kalau tidak lama lagi, kamu akan melihatku seperti aku melihatmu? Bagaimana kalau sebentar lagi, kamu juga akan membangun jembatan untuk melewati sungai lebar yang terbentang di antara kami? Bagaimana kalau kamu akan membalas perasaanku?

Senyumanmu tiba-tiba melesat melewati pikiranku. Napas yang baru kutarik tertahan dalam rongga hidung, membuat sekujur tubuhku kaku.

Senyuman manis itu. Aku selalu berkata pada diriku sendiri, bahwa ada perasaan tersembunyi yang istimewa di belakang senyuman itu, jika dia ditujukan untukku. Senyuman khusus yang kamu kembangkan di wajahmu itu hanya untukku. Tetapi itu tidak mungkin terjadi. Senyuman dari seorang gadis semanis dirimu, seorang gadis yang seperti malaikat, pasti ditujukan untuk semua orang di sekitarmu, bukan?

Tetapi, bagaimana kalau…

“Rian!” Suaramu kini terdengar dekat sekali.

Aku menghembuskan napas. Dalam keadaan seperti ini, aku tidak dapat membuang semuanya begitu saja. Aku telah terperangkap di dalam jurang yang dalam, dan satu-satunya jalan keluar adalah uluran tanganmu.

Aku menghentikan langkahku dan menoleh. Kamu berdiri di sana, tepat di belakangku. Jarak di antara kami tidak sampai lima langkah. Kamu dari tadi terus mengejarku, dan telah memperkecil jarak di antara kami.

Perdebatan selesai. Deretan pohon di kedua sisi jalan ikut bertepuk tangan. Perasaanku berhasil membuat pikiranku mengaku kalah hanya dengan satu kalimat, yang langsung dibuktikan oleh sebuah fakta saat aku menoleh tadi.

Bagaimana kalau kamu akan datang padaku, jika aku dapat menunggu sebentar lagi?

No comments:

Post a Comment

Thank you for reading! Feel free to comment. :)