Hidup ini penuh dengan kejutan.
Demikian katamu. Selama setengah tahun ini di Indonesia, hampir setiap kali
kita bertemu, kau selalu mengucapkan kata-kata ini. Reaksiku hanya memaparkan
sebuah senyuman miris, yang selalu mengundang decakan lidahmu. Tetapi aku tahu,
kau tidak merasa kesal sama sekali. Kau menikmatinya, bukan? Interaksi di
antara kita berdua. Kalau tidak, kau juga tidak akan terus bertanya “Kamu tidak
mau ke Seoul?” dengan bahasa Indonesiamu yang sangat terbatas itu. Jujur saja,
kau menyukai kehadiranku, kan?
Pada pertemuan pertama kami, kau
memberiku perasaan seperti bertemu seorang teman lama. Dan hari-hariku diwarnai
oleh kehadiranmu, meski bukan setiap saat. Senyumanmu yang memikat dan
pembawaanmu yang santai selalu membuatku senantiasa menanti pertemuan kita
selanjutnya. Kedekatan kita bahkan menjadi bahan ledekan teman-teman yang lain,
termasuk teman-temanmu dari Korea Selatan yang mengikuti program pertukaran
mahasiswa, sama sepertimu. Anehnya, kau tidak pernah mengambil berat gurau
mereka, tidak sepertiku yang semakin canggung kalau mereka mulai mengejek.
Kau masih ingat saat itu? Saat aku
tiba-tiba saja menjaga jarak di antara kita. Kau selalu berusaha mencari kesempatan
untuk berbicara denganku, sedangkan aku hanya menghindar. Akhirnya, selama minggu-minggu
terakhirmu di Indonesia, kita lalui tanpa ada interaksi apapun. Teman-teman
yang lain mulai bertanya-tanya. Mereka bahkan mulai menerka yang bukan-bukan.
Aku hanya tersenyum, sedangkan kau, seperti biasa, tidak mengambil berat kata-kata
mereka. Pada saat itu, kesimpulanku hanya satu: kau tidak peduli.
Aku rasa kau tahu apa yang membuatku bersikap begitu. Aku menghindarimu setelah kejadian saat Young Ah merasa pusing
karena terlalu letih dan kau dengan refleks menggandengnya dan memaksanya untuk
bersandar di bahumu, meski Young Ah terus menolak. Mengapa pada saat itu hanya
kita bertiga yang berada di sana? Apakah kau tahu bagaimana perasaanku melihat
semua ini?
Aku hanya bisa mematung melihat
pemandangan bak adegan film itu. Rongga dadaku terasa sesak, wajahku mulai
memanas, dan air mataku hampir saja tidak mampu kutampung. Kecemasanmu terhadap
Young Ah tertulis jelas di wajahmu. Kau sangat mengasihinya, kesimpulan yang
kuambil pada saat itu. Karena inilah aku memutuskan untuk menjaga jarak, aku
tidak mau melukai diri sendiri.
Nah, pesawatku sudah mendarat di bandara
Incheon. Akhirnya aku mendaftarkan diri pada program pertukaran mahasiswa ke
Seoul pada detik-detik terakhir, yang sebelumnya aku tolak mentah-mentah dan
mengundang tatapan tidak percaya dari semua orang, termasuk kau. Itulah mengapa
aku tidak pergi ke bandara untuk mengucapkan selamat tinggal pada kalian. Aku
tahu kau pasti sangat kecewa saat mengetahui aku tidak ada dalam rombongan yang
mengantar kalian ke bandara.
Perlahan, aku melangkah keluar dari
pesawat. Kubaca lagi tulisan pada secarik kertas dalam genggamanku. Kertas yang
diberikanmu pada pesta perpisahan yang kami adakan untuk kalian, kertas yang hampir saja kubuang. Mungkin, kau benar-benar dapat membaca pikiranku. Atau apakah aku yang tidak dapat merahasiakan apapun darimu?
Didorong rasa penasaran, dan juga rasa ingin bertemu, aku ke sini juga. Aku tersenyum-senyum sendiri setiap membayangkan wajahmu saat melihat kehadiranku nanti. Dengan langkah yang mulai menengang, aku mengikuti orang-orang di depanku masuk ke dalam bandara, dengan kepala yang mengayun pelan mengikuti irama dari lagu yang sedang kudengar.
This is an invitation. Please come to Seoul. I'll wait.
P.S. Don't listen to the others. There's nothing between Young Ah and I, I swear. She's my younger sister. This is the truth. I'll tell you more, when you arrive in Seoul. So please, come.Demikian tulisan di atasnya. Kau tidak dapat membayangkan betapa terkejutnya diriku saat membacanya. Dan yang paling penting, kau berusaha menjelaskan keadaan yang sebenarnya. Apakah kau khawatir aku salah paham? Ini berarti bagimu, aku penting, kan?
Didorong rasa penasaran, dan juga rasa ingin bertemu, aku ke sini juga. Aku tersenyum-senyum sendiri setiap membayangkan wajahmu saat melihat kehadiranku nanti. Dengan langkah yang mulai menengang, aku mengikuti orang-orang di depanku masuk ke dalam bandara, dengan kepala yang mengayun pelan mengikuti irama dari lagu yang sedang kudengar.
S.E.O.U.L. Call it with me, the
beautiful world that makes my dreams come true
The place where joy overflows wherever
I go~ I love you~
S.E.O.U.L. Shout it with me, the
happiness that can laugh
Anywhere~~ We make a world where
everything becomes one
Benar apa katamu, hidup ini penuh
dengan kejutan. Dan aku telah memenuhi permintaanmu untuk pergi ke Seoul. Siap-siap
saja dengan kejutan yang kupersiapkan untukmu ya, Im Jae Woon.
=============
Songfic by : Lidya Yang (@Lidya_yang)
Inspired by: Seoul Song By Super Junior & SNSD
Post #5 of #30HariLagukuBercerita
Post #5 of #30HariLagukuBercerita
No comments:
Post a Comment
Thank you for reading! Feel free to comment. :)