Thursday, 20 September 2012

Promise


Anda tidak dapat membayangkan betapa beratnya perasaanku saat ini, saat aku berjalan menyusuri koridor menuju ke ruangan itu. Iya, kembali ke ruangan itu lagi setelah jalan pagi yang sama sekali tidak berhasil mengubah suasana hatiku. Cuaca di luar yang cerah, burung-burung yang berkicau, dan angin sepoi-sepoi yang biasanya menyejukkan sama sekali tidak berpengaruh pada hujan badai di dalam sini.

Rencanaku untuk memperbaiki suasana hati sebelum operasi sore nanti gagal total. Belum lagi keluargaku yang sejak tadi keluar, hingga sekarang belum tampak juga. Akhirnya, di hari yang penting ini, aku ditinggal sendiri. Sendirian menghitung mundur waktu yang tersisa, di ruangan putih dengan bau obat yang menyesakkan itu. Tidak ada orang yang menemani, tanpa keluarga, tanpa teman, dan tanpa dia…

Terakhir kali aku melihatnya adalah kemarin sore. Seperti biasa, dia datang menjengukku begitu selesai kerja; rutinitasnya selama satu bulan belakangan ini. Tetapi kemarin, dia pergi begitu saja setelah membicarakan sesuatu dengan orang tuaku di luar ruangan. Aku tidak dapat mendengar apa yang mereka bincangkan, hanya dapat menebak berdasarkan gerakan bibir mereka dan ekspresi, tetapi tanpa membawa hasil apapun. Yang kutahu, hanyalah raut wajah orang tuaku yang sedih dan kecewa setelah dia pergi meninggalkan mereka.

 “Ada apa?” tanyaku saat mereka memasuki ruangan.

“Yola, kamu harus tegar untuk operasi besok, ya. Apapun yang terjadi, orang tua dan keluargamu ini akan selalu ada di sisimu.”

Jawaban dari mereka membuatku tertegun. Mungkin karena terlalu lama menginap di rumah sakit, aku menjadi terbiasa menegaskan maksud dari setiap kata dari kalimat yang diucapkan orang lain.

Apa maksud dari orang tua dan keluarga? Bagaimana dengan dia? Dia yang selalu mengulangi kata-kata penuh harapan padaku. Dia yang selalu mengatakan bahwa akan senantiasa berada di sini untukku. Dia yang selalu berjanji bahwa dia akan menemaniku melewati segala rintangan dalam hidup. Dia sudah pergi, kah?

Aku menertawakan diriku sendiri semalaman, diiringi air mata yang terus mengalir tanpa bisa kutampung. Bukankah ini yang selalu dikatakan orang lain? Kamu akan melihat siapa yang benar-benar mengasihimu di saat kamu memerlukan mereka. Orang-orang di sekitarku sering mengingatkanku agar lebih waspada, bahwa dia mungkin mendekatiku hanya karena latar belakang keluargaku yang lebih sepadan dengannya, bahwa hubungan kami hingga saat ini berjalan dengan terlalu lancar, bahwa kami tidak akan dapat bertahan jika dihadapi dengan cobaan.

Ternyata benar. Aku rasa, dia hanya menunggu waktu. Mungkin, saat aku divonis hanya tersisa beberapa bulan untuk hidup, dia sudah ingin melepaskan diri dari hubungan yang tidak akan berakhir bahagia ini. Kehidupannya dapat dikatakan sempurna, dan seorang perfeksionis seperti dia pasti tidak akan mengizinkan hal seperti ini menodai kehidupannya itu.

Bodoh sekali aku mempercayai setiap janjinya. Ah, biarkan saja. Lagipula setelah hari ini, semuanya akan berakhir. Menurut dokter, kemungkinan berhasilnya operasi hari ini hanya 40 persen. Kalau berhasil, baguslah. Kalau tidak, sudahlah. Aku hanya ingin meminta maaf pada orang tuaku karena telah menyusahkan mereka. Begitu saja.

Tetapi, kata operasi memang menakutkan. Tanganku gemetar dengan kuat saat aku membuka pintu kamar dari ruangan yang menyesakkan itu. Tanganku tidak kuat, tampaknya aku perlu bantuan perawat yang lewat untuk…

Lho, pintunya terbuka sendiri?

Dengan perasaan was-was, aku memasuki kamar. Seisi ruangan gelap, tidak seperti biasanya. Dan aku masih ingat, lampu tidak kumatikan saat aku keluar tadi. Tetapi, ini…

SURPRISE!” Sahutan kata ini memenuhi ruangan, seseorang memelukku dari belakang, dan lampu menyala. Ruangan ini kembali terang. Dan di atas jendela, tepat di hadapanku, tergantung sederet kalimat “We’ll wait for you. Get well soon!

Aku membalikkan tubuhku. Ah, ternyata adikku. Tentu saja adikku. Siapa lagi yang kuharapkan? Aku melihat sekeliling ruangan. Keluarga dan teman-teman dekatku melontarkan senyuman manis mereka. Ternyata keluargaku merencanakan ini sejak awal. Aku salah, aku tidak sendirian.

“Terima kasih,” kataku sambil duduk di atas ranjang. “Terima kasih juga sudah susah payah merencanakan kejutan ini dan merahasiakannya dariku. Sejak kapan kalian membuat ini? Memangnya ada waktu?”

Pertanyaan demi pertanyaan aku lontarkan pada mereka yang hadir sambil kutatap satu per satu. Ya, tidak ada dia.

“Sejak semalam. Tetapi bukan kami yang rencanakan,” jawab adikku.

Keningku berkerut. “Lalu…”

Belum sempat kuselesaikan kalimatku, pintu terbuka lagi. Dan dia masuk, dengan seikat bunga di tangan.

Aku dapat merasakan wajahku memanas, mulutku terbuka dengan sendirinya, dan sekujur tubuhku menegang saat dia mendekat.

“Apa…”

Lagi-lagi aku tidak dapat menyelesaikan kalimatku. Dia meletakkan jari telunjuknya di depan bibirku.

Promises are made to be kept, because they should be. Itu kalimat kesukaanmu, bukan? Janji harus ditepati.”

Meski aku tidak dapat menebak tujuan dari kalimat yang diucapkannya ini, aku tetap mengangguk. Memang benar, ini kalimat yang paling sering kukatakan.

“Jadi, aku ke sini untuk memenuhi janjiku. Untuk tetap berada di sisimu, menemanimu menghadapi segala cobaan, menjadi selimutmu saat kamu kedinginan, menjadi bantalmu saat kamu letih.” Dia tersenyum. Senyuman hangat yang mampu mencairkan apapun. “Tetapi, aku tidak mau melakukan itu dengan begitu saja. Semua itu akan kulakukan dengan suka rela asalkan kamu memberiku sebuah status. Boyfriend, pacar, atau sejenisnya itu tidak ada maknanya. Aku ingin status yang jelas," lanjutnya sambil menatap lurus padaku.

Through rain and snow I'll cherish you (I do)
I'll take care of you (My love)

Dia mengucapkan kalimat terakhirnya dengan tegas, sembari mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Aku tertegun saat melihat benda bersinar yang terpajang dalam kotak kecil itu.

“Kamu yakin?” tanyaku. “Aku tidak tahu kapan aku akan meninggalkan dunia ini. Operasi hari ini juga, kemungkinan gagalnya lebih tinggi. Lagipula, kalaupun berhasil, aku mungkin masih harus terus datang berobat ke rumah sakit. Dan juga…”

Sekali lagi kalimatku terpotong. Dia mendecak lidahnya sambil menggeleng.

Even though we'll age, I want to live each day smiling
Would you marry me?
Will you be my everything?
Through hardships and troubles (I do)
I'll always be there (I do)

“Kamu pikir terlalu jauh, khawatir terlalu banyak, dan tingkat kepercayaan dirimu turun terlalu drastis. Pantas saja kamu jatuh sakit seperti ini,” katanya sambil terus tersenyum.

Aku hanya terdiam, melongo melihat laki-laki di hadapanku itu. Dia masih bisa bercanda di situasi seperti ini. Yang benar saja. Tetapi, memang begitulah orangnya. Ini juga salah satu alasan aku begitu terpesona, begitu menikmati saat-saat yang kami lewati bersama.

“Apapun yang terjadi,” lanjutnya. “Aku akan tetap ada di sini. Yang perlu kamu lakukan hanya mengangguk kepalamu sekarang.”

All I have to give you is my love
That's all I've got to offer

Perlahan, aku lakukan apa yang dia katakan. Sebuah anggukan kepala yang membuat senyumannya mengembang semakin lebar. Semua yang hadir dalam ruangan bersorak, bertepuk tangan, dan kurasa, beberapa dari mereka menangis.

Sebenarnya, aku dapat menahan air mataku. Tetapi saat dia mendekat dan mengenakan cincin itu di jariku, kata-kata yang dibisikkannya membuat butiran-butiran bening itu terjatuh begitu saja.

“Cincin ini bukan cincin biasa. It’s a promise. Jadi, kamu harus melewati operasi hari ini. Itu janjimu padaku. Aku sudah berjanji pada Mia bahwa aku akan membawamu ke salon fotonya minggu depan. Jangan membuat aku tidak tepat janji.”

Dia menjauhkan kepalanya, lalu mengangkat jari kelingkingnya ke hadapanku.

Come back safely. Promise?

Dengan senyuman bahagia, aku mengangguk lagi sambil mengaitkan jariku pada jarinya.

Will you promise me just one thing?
No matter what happens
We'll always love each other... That's all
Will you marry me?
I do

=============
Songfic by : Lidya Yang (@Lidya_yang)
Inspired by: Marry U By Super Junior
Post #7 of #30HariLagukuBercerita 
=============
Marry U - Super Junior


(Rap) Love~ Oh baby my girl~
You're my everything, your beauty blinds me

My bride, my present from the heavens above
Are you happy? There's tears flowing from your eyes

Until the day your black hair turns grey
I promise to love you forever

I want to tell you every single day that "I love you"
Would you marry me?
I want to live loving you and cherishing you

I want to put you to sleep in my arms every night
Would you marry me?
Will you give my heart this permission?

*I'll stay next to you for the rest of my life (I do)
I love you (I do)

Through rain and snow I'll cherish you (I do)
I'll take care of you (My love)

(Rap) You in a white dress, me in a tuxedo
We walk step in step underneath the moon

I swear, I hate lies, I hate distrust
My princess, my love, stay with me
[ Lyrics from: http://www.lyricsmode.com/lyrics/s/super_junior/marry_u_english.html ]
Even though we'll age, I want to live each day smiling
Would you marry me?
Will you be my everything?

**Through hardships and troubles (I do)
I'll always be there (I do)

All the many days we'll spend together (I do)
I'm going to be thankful each and every day (My Love)

I prepared this for you since long ago
Please take this shiny ring in my hand

I'll remember this promise we shared with the same heart
Would you marry me?

*I'll stay next to you for the rest of my life (I do)
I love you (I do)

Through rain and snow I'll cherish you (I do)
I'll take care of you (My love)

**Through hardships and troubles (I do)
I'll always be there (I do)

All the many days we'll spend together (I do)

(Rap) All I have to give you is my love
That's all I've got to offer

I know I lack many things but not my love
I'll look out and take care of you

Will you promise me just one thing?
No matter what happens

We'll always love each other... That's all
Will you marry me?
I do

Lyrics credit: lyricsmode.com

No comments:

Post a Comment

Thank you for reading! Feel free to comment. :)