Hai, lama sekali tidak berjumpa
denganmu. Sudah berapa tahun sejak kita berpisah? Tujuh? Atau delapan? Waktu
berputar demikian cepat, melesat lewat begitu saja. Dan orang yang selalu
membuatmu khawatir waktu itu, yang selalu berusaha membuatmu tersenyum itu
sekarang sudah sukses. Apakah kamu ikut bangga atas prestasiku ini?
Ujung-ujungnya,
aku mewariskan usaha
keluarga juga, dan lebih cepat dari yang kukira. Hal ini bahkan tidak
pernah
kubayangkan. Murid yang lebih memilih untuk dihukum daripada mengerjakan
tugas.
Murid yang dengan senang hati keluar dari kelas jika diusir oleh guru.
Murid
seperti ini sudah lulus dari universitas ternama dan sekarang menjadi
pengusaha
papan atas yang jarang sekali pulang ke kampung halamannya ini. Apakah
kau masih ingat saat aku menceritakan semua kekesalanku dan
ketidakinginanku untuk melanjutkan usaha keluarga? Aku masih ingat, kau
hanya menjawab dengan senyuman dan anggukan kepala.
Kau tahu? Aku sering memikirkanmu
setelah kita berpisah. Hubungan kita saat itu, aku rasa, dapat dikatakan
berpacaran? Meski tidak ada dari kita berdua yang mengakuinya, tetapi perasaanku tidak
salah, kan? Kalau tidak, mengapa kau bersedia memberikan morning call setiap
hari hanya karena takut aku akan terlambat ke sekolah? Memperhatikan apakah
waktu istirahatku cukup? Selalu mengingatkanku tugas-tugas yang harus
kukerjakan?
When we were young we
did not realise our youth
When we loved we did not realise our love for each other
But now returning to the past
Back then we were that young, and loved that way
When we loved we did not realise our love for each other
But now returning to the past
Back then we were that young, and loved that way
Masa-masa muda yang indah, bukan? Saat itu, kau bahagia, kan?
Kau masih ingat saat malam
perpisahan? Aku memintamu untuk menghadiri acara itu bersamaku, di hadapan
teman-teman yang lain. Kau langsung mengangguk, dengan senyuman lebar di
wajahmu. Yang lainnya sudah terbiasa, bagi mereka, kita hanya sahabat karib
yang melawan pendapat umum bahwa tidak ada cowok dan cewek yang dapat menjadi
teman baik. Tetapi, sebenarnya, dalam hati, kau benar-benar menerima ajakanku dengan senang hati. Betul, kan?
Most of the memories
have gone with the tear-filled river of time
Slowly flowing away
But now returning to the past
The youth and love of the past was so precious
Slowly flowing away
But now returning to the past
The youth and love of the past was so precious
Saat kau, bersama yang lain,
mengantarku ke bandara, kata-kata terakhir yang kukatakan padamu, apakah kau
masih ingat? Bahwa aku masih menunggu jawabanmu. Iya, sudah berkali-kali aku
menyatakan perasaanku. Dan setiap kali, kau menolakku. Tetapi, karena aku yang
tidak putus asa itulah yang membuat hari-hari itu demikian indah, bukan?
Saat
itu aku berpikir, kau pasti akan menerimaku jika aku berhasil meraih
sesuatu yang dapat kaubanggakan. Karena aku yang muda bukanlah seseorang
yang mempunyai prestasi apapun, itulah alasan kau menolakku. Alasan
yang kupikir, yang kutebak sendiri dalam hatiku. Penyesalanku yang
paling besar adalah tidak
menanyakan mengapa, mengapa kau menolakku. Sebab aku kira, saat kita
bertemu lagi, kau pasti akan dengan senang melihat perubahan yang
terjadi pada diriku.
Seperti yang kau katakan, kita bertemu lagi, setelah aku berjuang bertahun-tahun. Aku di sini dan kau di hadapanku dengan senyumanmu itu. Tetapi, sayangnya, senyuman manis itu hanyalah sebuah foto di batu nisan tempat kau beristirahat untuk selamanya.
Seperti yang kau katakan, kita bertemu lagi, setelah aku berjuang bertahun-tahun. Aku di sini dan kau di hadapanku dengan senyumanmu itu. Tetapi, sayangnya, senyuman manis itu hanyalah sebuah foto di batu nisan tempat kau beristirahat untuk selamanya.
Selama hari-hari itu, penyakit ini
telah membuatmu menderita, bukan? Kau selalu bertahan, kau begitu tegar. Kau
telah berusaha sebaik mungkin untuk berdiri di hadapan kita dengan senyuman
hangatmu. Hingga akhirnya, kau pergi dari dunia ini. Mengapa kau tidak bercerita sama sekali?
Hei,
kau tahu? Kata-katamu di bandara masih
terngiang di telingaku, setelah sekian lama. Dan aku rasa, kata-kata itu
akan terus melekat di hatiku. Sampai jumpa di pertemuan kita
selanjutnya.
“Thank
you for everything. Someday, we’ll meet again.”
Someday, we will meet
again
Even though we don’t know where we will go
Someday, we will meet again
With already separated identities…
Even though we don’t know where we will go
Someday, we will meet again
With already separated identities…
=============
Songfic by : Lidya Yang (@Lidya_yang)
Inspired by: Someday By Super Junior
Post #8 of #30HariLagukuBercerita
Post #8 of #30HariLagukuBercerita
No comments:
Post a Comment
Thank you for reading! Feel free to comment. :)