Tuesday, 11 September 2012

Memories


Aku menghabiskan waktu semalaman mengenang masa-masa dulu. Akhirnya, setelah satu bulan, kukeluarkan album foto yang kusimpan dalam lemari, yang sengaja kutimpa dengan benda lainnya, karena ketegaran yang dibutuhkan untuk membuka album ini saja aku tidak punya. Album foto yang diserahkan oleh kakakmu kepadaku, yang katanya merupakan benda yang paling berharga bagimu. Album yang senantiasa kau lihat. Album yang memberimu kekuatan dan senyuman, di saat kau paling membutuhkannya.

We were in love, weren’t we?
All those days we spent together
We shared our pain, didn’t we?
Even when we didn’t know what was wrong

Dalam foto-foto itu, aku tertawa dengan begitu bahagia. Bahkan ada beberapa yang mengejutkanku. Kapan kau mengambil foto itu? Foto café tempat kami berbaikan setelah bertengkar pertama kali, saat aku sedang tersenyum sambil mengaduk-aduk minuman di depanku. Foto saat aku belajar bersepeda di bawah bimbinganmu. Foto aku melihat keluar jendela di café yang sering kami kunjungi.

Where are you now?
Don’t you hear my voice?
My aching heart searches for you
It calls out for you, it’s going crazy

Aku melihat setiap foto dengan teliti, sembari mengingat kembali kejadian pada saat foto-foto itu diambil. Aku tertawa sendiri, termenung, berpikir keras, berusaha membayangkan kembali apa yang terjadi dalam setiap foto. Hingga aku menyadari suatu hal. Dalam album itu, hanya ada fotoku. Hanya aku.

Mengapa kau tidak masukkan satupun fotomu? Bahkan bayanganmu pun tidak ada. Ini tidak adil, kau tahu? Apa gunanya foto-foto ini bagiku? Di saat aku rindu padamu, di saat aku ingin melihatmu, di saat aku ingin mengenang kembali masa lalu. Kemana aku harus mencari foto-fotomu? Bagaimana kalau suatu saat nanti, aku lupa wajahmu? Bagaimana kalau suatu saat nanti, aku kesulitan mengingat bentuk matamu, mengingat hangatnya tanganmu?

My heart, my tears, again the memory of you
Drop by drop they fall onto my chest
I cry and cry, and with these memories that won’t be erased
Today my empty heart is drenched again

Detak jantungku terhenti saat lembaran album itu sampai pada halaman terakhir. Air mataku menetes membasahi foto terakhir dalam album itu. Akhirnya, ada juga fotomu, meski bukan wajahmu yang terpampang di sana. Dua buah tangan yang berpegangan dengan erat.

Aku tersenyum. Bagaimana kau mengambil foto ini? Mengapa aku tidak menyadarinya? Aku masih ingat, saat itu, kau tiba-tiba mengajakku keliling kota. Apakah karena kau sudah tahu apa yang akan terjadi? Karena kau tahu operasimu keesokan harinya tidak akan berjalan lancar. Karena kau tahu, waktumu sudah memasuki tahap menghitung mundur.

Dan sekarang, yang dapat kulakukan hanya membolak-balik album ini, membayangkan perasaanmu saat mengambil foto-foto di dalamnya, membayangkan raut wajahmu saat melihat album ini dengan senyuman di wajahmu.

Tenanglah, semua yang terjadi tidak akan hilang begitu saja. Meski kau sudah pergi, masih ada aku yang akan terus mengenang masa-masa bahagia itu, masa-masa yang tidak akan terulang lagi, tetapi juga masa-masa yang tidak akan dilupakan selamanya.

============
Songfic by : Lidya Yang (@Lidya_yang)
Inspired by: Memories By Super Junior
Post #4 of #30HariLagukuBercerita

No comments:

Post a Comment

Thank you for reading! Feel free to comment. :)