Aku menghabiskan waktu semalaman
mengenang masa-masa dulu. Akhirnya, setelah satu bulan, kukeluarkan album foto
yang kusimpan dalam lemari, yang sengaja kutimpa dengan benda lainnya, karena
ketegaran yang dibutuhkan untuk membuka album ini saja aku tidak punya. Album
foto yang diserahkan oleh kakakmu kepadaku, yang katanya merupakan benda yang
paling berharga bagimu. Album yang senantiasa kau lihat. Album yang memberimu
kekuatan dan senyuman, di saat kau paling membutuhkannya.
We were in love, weren’t we?
All those days we spent together
All those days we spent together
We shared our pain, didn’t we?
Even when we didn’t know what was wrong
Even when we didn’t know what was wrong
Dalam foto-foto itu, aku tertawa
dengan begitu bahagia. Bahkan ada beberapa yang mengejutkanku. Kapan kau
mengambil foto itu? Foto café tempat
kami berbaikan setelah bertengkar pertama kali, saat aku sedang tersenyum sambil
mengaduk-aduk minuman di depanku. Foto saat aku belajar bersepeda di bawah
bimbinganmu. Foto aku melihat keluar jendela di café yang sering kami kunjungi.
Where are you now?
Don’t you hear my voice?
My aching heart searches for you
It calls out for you, it’s going crazy
Don’t you hear my voice?
My aching heart searches for you
It calls out for you, it’s going crazy
Aku melihat setiap foto dengan
teliti, sembari mengingat kembali kejadian pada saat foto-foto itu diambil. Aku tertawa sendiri, termenung, berpikir keras, berusaha membayangkan kembali apa yang terjadi dalam setiap foto. Hingga
aku menyadari suatu hal. Dalam album itu, hanya ada fotoku. Hanya aku.
Mengapa
kau tidak masukkan satupun fotomu? Bahkan bayanganmu pun tidak ada. Ini tidak
adil, kau tahu? Apa gunanya foto-foto ini bagiku? Di saat aku rindu padamu, di
saat aku ingin melihatmu, di saat aku ingin mengenang kembali masa lalu. Kemana
aku harus mencari foto-fotomu? Bagaimana kalau suatu saat nanti, aku lupa
wajahmu? Bagaimana kalau suatu saat nanti, aku kesulitan mengingat bentuk
matamu, mengingat hangatnya tanganmu?
My heart, my tears, again the memory of you
Drop by drop they fall onto my chest
I cry and cry, and with these memories that won’t be erased
Today my empty heart is drenched again
Drop by drop they fall onto my chest
I cry and cry, and with these memories that won’t be erased
Today my empty heart is drenched again
Detak jantungku terhenti saat lembaran
album itu sampai pada halaman terakhir. Air mataku menetes membasahi foto
terakhir dalam album itu. Akhirnya, ada juga fotomu, meski bukan wajahmu yang
terpampang di sana. Dua buah tangan yang berpegangan dengan erat.
Aku
tersenyum. Bagaimana kau mengambil foto ini? Mengapa aku tidak menyadarinya?
Aku masih ingat, saat itu, kau tiba-tiba mengajakku keliling kota. Apakah
karena kau sudah tahu apa yang akan terjadi? Karena kau tahu operasimu keesokan
harinya tidak akan berjalan lancar. Karena kau tahu, waktumu sudah memasuki
tahap menghitung mundur.
Dan sekarang, yang dapat kulakukan
hanya membolak-balik album ini, membayangkan perasaanmu saat mengambil foto-foto
di dalamnya, membayangkan raut wajahmu saat melihat album ini dengan senyuman
di wajahmu.
Tenanglah, semua yang terjadi tidak
akan hilang begitu saja. Meski kau sudah pergi, masih ada aku yang akan terus
mengenang masa-masa bahagia itu, masa-masa yang tidak akan terulang lagi,
tetapi juga masa-masa yang tidak akan dilupakan selamanya.
============
Songfic by : Lidya Yang (@Lidya_yang)
Inspired by: Memories By Super Junior
Post #4 of #30HariLagukuBercerita
Post #4 of #30HariLagukuBercerita
No comments:
Post a Comment
Thank you for reading! Feel free to comment. :)